Jumat, 24 Oktober 2008

Menikmati Pesona Venesia van Borneo

Sekilas memang tak ada yang begitu khas ketika kita memasuki Bontang. Suasana kota tak begitu ramai, udaranya juga tergolong lembab dan panas. Tak jauh beda dengan kota-kota besar di Jawa. Paling-paling, kilang PT Badak dan pabrik pupuk Kaltim terlihat mengepulkan asap atau memperlihatkan flare mereka dari kejauhan. Dua perusahaan besar ini, menjadi icon sekaligus simbol Bontang sebagai salah satu kota industri di Kalimantan Timur.
Tak hanya terkenal dengan kota industri-nya, kita juga dapat menemukan lokasi wisata unik yang akan kita temui jika kita berada di Bontang.
Terletak di utara pusat Kota Bontang, sebuah kampung air yang unik ini berdiri kokoh sepanjang kurang lebih 1 km menjorok ke bibir pantai. Meski Bontang Kuala merupakan kampung nelayan, namun tak ada kesan kumuh yang terpancar dari kampung ini. Kampung ini justru tertata rapi.
Rumah penduduk Bontang Kuala berdiri kokoh di atas air, sambung-menyambung hingga menyerupai Kota Air Venesia di Italia. Tentu saja tak mirip-mirip amat. Jika Venesia berdiri di atas bangunan beton yang megah, Bontang Kuala justru tampil sangat original dan tradisional ditopang di atas jembatan kayu ulin hitam yang kuat dan memesona. Beberapa perahu nelayan, juga terlihat hilir mudik di lorong-lorong jembatan, mirip dengan kampung air yang ada di Bangkok, Thailand.
Karena seluruh kampung ini ditopang dengan Kayu Ulin, maka kendaraan roda empat sengaja tak boleh memasuki perkampungan ini. Jadi, siap-siap berjalan kaki jika kita ingin menyusuri kampung penduduk asli Bontang ini.
Ya, dari kampung air inilah, Bontang yang memiliki luas 406.700 km 2 berkembang menjadi kota industri. Meski, sering diklaim sebagai penduduk asli Bontang yang ada di tanah Borneo, mayoritas warga Bontang Kuala adalah suku Bugis, Sulawesi Selatan.
Selain terkenal dengan rumah air dan jembatan Kayu Ulin-nya, Bontang Kuala juga menawarkan pesona wisata khas pinggir laut yang menggoda. Hutan Bakau di sepanjang jalan menuju Bontang Kuala, terlihat hijau, sangat memanjakan mata. Tak seperti hutan bakau biasanya, hutan bakau di Bontang Kuala dilalui jalan lebar yang ditopang dan dibuat dari papan-papan Kayu Ulin. Hampir 300-an meter panjangnya, sebelum kita benar-benar masuk ke Kampung Bontang Kuala.
Di pinggir jalan, terdapat gazebo-gazebo yang disulap menjadi tempat tongkrongan mengasyikkan muda-mudi Bontang menghabiskan malam minggunya. Karena itu, tak ada salahnya jika kita menyebut Hutan Bakau ini menjadi Taman Bakau, karena memang tertata rapi dan sangat menarik.
Berbicara Bontang Kuala, tak akan lengkap rasanya jika tak sempat mencicipi kuliner khas yang ditawarkan. Di ujung kampung Bontang Kuala, puluhan rumah makan penyaji hidangan laut siap menggoyang lidah kita dengan berbagai makanan khas-nya. Salah satunya adalah Sambal Gami. Dengan racikan bawang bakar dan cabai merah yang disajikan di atas “cobek panas,” sambal khas Bontang Kuala ini siap melengkapi berbagai sajian hidangan laut yang ada di Bontang Kuala.
Tak hanya sampai di situ, sambil menikmati hidangan yang menggoda selera, tak ada salahnya, kita mencoba mencari peruntungan dengan memasang kail di bibir pantai Bontang Kuala. Siapa tahu ada Ikan Putih yang akan memakan umpan kita. Tanpa terasa, matahari perlahan tenggelam di balik kilang-kilang Badak dan Pupuk Kaltim yang terlihat jauh di seberang Bontang Kuala.
Pemandangan indah langit Bontang yang berwarna orange cemerlang perlahan pudar seiring datangnya malam. Sungguh pengalaman tak terlupakan dari Venesia-nya Bontang di bumi Kalimantan. (Agustus'08)

Tidak ada komentar: