Senin, 16 Februari 2009

Dukun Ponari dari Negeri Ajaib

Kelanjutan dari negeri aneh bin ajaib. Lagi-lagi, negeri ini dihebohkan oleh berita yang tergolong aneh bin ajaib. Setelah si jagal Ryan , dari Jombang lahir lagi satu tokoh fenomenal negeri ini. Ya, tokoh fenomenal kali ini adalah Ponari. Bocah petir yang disebut-sebut bocah sakti dari kampungnya si Ryan mengubur korban-korbannya. Usia Ponari masih 10 tahun memang. Tapi dia berhasil bikin petinggi negeri ini pusing keliling.
Aparat kepolisian Jombang sibuk dikerahkan untuk mengamankan bocah ini. Menteri kesehatan ikut berkomentar “Ini hanya fenonema sosial yang ada di salah satu masyarakat,” katanya pada beberapa media, Gubernur Jatim Mr. Soekarwo yang baru dilantik juga dibuat sibuk menanggapi kasus ini, Bupati Jombang, camat, apalagi lurah tempat Ponari tinggal juga dibuat kelabakan.
Puluhan ribu orang berjubel ngantri demi air kobokan batu dari tangan mungil anak yang dijuluki Dukun Ponari ini. Beberapa ada yang rela mengambil air comberan bekas mandi Ponari, belum lagi yang sibuk luluran pakai lumpur dan tanah di sekitar rumah Ponari. Bahkan, empat orang sampai tewas gara-gara kelelahan antri. Terakhir kali, Kak Seto, yang punya Komnas Perlindungan Anak sampai turun tangan karena menduga ada praktik eksploitasi anak.
Meski aparat sudah menutup praktik pengobatan Dukun Ponari, tetap saja puluhan ribu orang antri untuk menunggu giliran diobati. Ada yang lumpuh, paru-paru, jantung, bahkan mungkin yang sekadar panuan ingin sembuh lewat air yang dicelupi batu dari tangan Ponari. Yang bikin heran, sampai saat ini belum ada kesaksian dari mereka yang telah berobat (dapat celupan tangan ponari plus batu petir-nya). Apakah mereka sembuh ? Atau mereka tetap sakit ? Yang jelas, orang-orang sudah heboh dan sibuk antri di sepanjang jalan menuju rumah berdinding bambu yang ditinggali Ponari. Berharap mendapatkan kesembuhan atas penyakitnya.
Ini memang fenomena sosial yang terbilang aneh. Terlepas dari benar tidaknya keberhasilan pengobatan ala Dukun Ponari, fenomena ini pantas tercatat dalam kaleidoskop perjalanan panjang Bangsa Indonesia di tahun 2009.
Setidaknya, ada sisi positif yang dapat kita petik dari peristiwa ini. Masyarakat dapat kesibukan baru selain sibuk memeloti persiapan pemilu yang makin nggak menentu. Betapa tidak ? Belum lagi menjadi anggota dewan, calon-calon itu sudah sibuk tebar pesona kanan kiri, tanpa peduli melanggar aturan. Spanduk aneh-aneh ditebar, calon-calon adu tegang di layar kaca seolah mereka yang paling tahu, paling benar, dan paling layak dipilih diantara yang lainnya. Janji-janji manis mulai ditebar, bahkan ada yang mencoba bermain curang pake simulasi kertas suara palsu.
Fiuhhhhh….daripada begitu, mendingan Dukun Ponari kemana-mana. Dia nggak pernah bikin janji apa yang dilakukannya pasti menyembuhkan orang. Tapi setidaknya, puluhan ribu orang percaya dan dibuat bahagia dengan kehadiran Ponari. Dan dengan jumlah pasien yang mencapai puluhan ribu itu ditambah kekuatan daya tariknya, saya yakin si Ponari bisa dapat kursi legislatif kalau memang mau maju…. He..he..he…..ato jangan-jangan sudah ada parpol yang melirik “kekuatan” pesona dari Ponari ?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Pada akhirnya masyarakat lebih disibukkan untuk berusaha keluar dari kesusahan. Gampang? Susah buuu...!
Pemilu? GO TO HELL!!!
Kira-kira Ponari bisa ngobatin para anggota dewan yang "sakit" gak ya?
Pesan kakak : jangan jadi kurang ngajar ya. Kalau jalan ya pada tempatnya. Meja bukan catwalk :)