Rabu, 27 Mei 2009

Facebook Haram ? Next bisa jadi Yahoo, Google, Golf, Café, Kantor ?????

Ada “pengalaman” baru yang saya lihat pagi ini di kereta. Bukan saja karena KRL ekonomi terpaksa balik depo di Depok Lama karena gagal berangkat ke kota. Tapi lebih dari itu. Pengalaman sekaligus pelajaran baru ini saya peroleh setelah dua KRL ekonomi melintas di stasiun Depok Lama. Tepatnya, setelah saya duduk di bangku KRL Ekonomi AC Tanah Abang, yang sempat tertunda berangkat sepuluh menitan.
Tanpa mengalami kesulitan, saya pun tak perlu berebut untuk dapat kursi duduk. Setelah duduk, pandangan saya tertarik pada sebuah Koran yang sedang dibaca penumpang di depan saya. Kurang lebih headline Koran itu menyebut bahwa Artis Beramai-ramai Tolak Fatwa Haram Facebook dari Ulama. Mmmm…it’s quite interesting. Pertanyaan yang muncul di benak saya saat itu langsung satu. “Ngapain juga para ulama kita selalu sibuk ngurusi hal-hal nggak penting seperti ini,”
Facebook haram ? ….
Dari berbagai referensi yang saya peroleh, ternyata fatwa ini berawal dari salah satu kongres ulama putri di Jawa Timur. Mereka meng-klaim bahwa facebook banyak membawa mudarat, lantaran salah satunya bisa dijadikan ajang untuk selingkuh, cari pasangan, dan mengumbar kalimat vulgar atau materi pornografi lain. Akibatnya, tanpa ba..bi..bu…hasil kongres memutuskan bahwa facebook haram.
Sebuah analisa yang sangat aneh menurut saja. Kalaupun iya hanya karena alasan demikian, lantas kenapa situs jejaring lain seperti Friendster, Tagged, dsb-nya tidak diharamkan ? Bahkan mailist group juga tidak ? Sebab, bagaimanapun juga, situs maupun malist tadi juga berpotensi untuk diselewengkan sedemikian rupa.
Kalaupun berbicara haram-halal, pun makruh, khususnya untuk hal-hal yang tidak secara eksplisit tertuang dalam Al Qur’an dan Hadist, memang kita harus melihat manfaat dan mudarat dari sesuatu itu. Bagi saya, facebook tidaklah memiliki fungsi “sesempit” yang para ulama putri itu pikirkan. Banyak hal positif yang saya dapat di situs itu. Khususnya dalam hal silaturahmi, sharing informasi, bahkan yang tidak kalah penting menjadi sarana untuk melepaskan diri dari penatnya menjalankan rutinitas kantor.
Sebagai contoh, lebih dari sepuluh teman-teman lama saya berhasil saya temukan di situs ini. Teman lama yang dulu pernah membantu semasa persiapan kuliah, teman lama sewaktu SD, bahkan teman dari negeri seberang yang selama ini sudah lost contact dengan saya sejak saya berkesempatan pertama kali ke luar negeri 2002 lalu. Belum lagi teman-teman saya yang juga memanfaatkan situs ini untuk berbisnis. Jualan produk, maupun makanan, maupun pernik-pernik hasil karya mereka.
Segala sesuatu itu pasti akan ada mudarat dan manfaatnya. Dan apa yang dikemukakan oleh fatwa para ulama dalam kongres di Jawa Timur itu, sekali lagi menunjukkan betapa “cekak”-nya pikiran mereka melihat sesuatu. Facebook haram. Tapi bagaimana dengan situs lain seperti yang saya katakana tadi ? Bagaimana dengan televisi? Bagaimana dengan DVD player yang memungkinkan juga untuk diselewengkan untuk memutar DVD bokep ? Bagaimana dengan mesin pencari google yang akan dengan mudah mengantarkan kita menuju ke situs-situs “negative” seperti dikhawatirkan para pemfatwa haram facebook tadi ?

Bagaimana dengan kamar hotel, yang juga berpeluang dijadikan tempat selingkuh ? Bahkan kantor yang berpotensi menjadi tempat mencari jodoh atau malah mencari selingkuhan ? Bagaimana dengan café/restaurant yang juga tidak jarnag dijadikan ajang untuk kopi darat ? Apakah akan diharamkan juga ? Belum lagi main golf, yang bisa berpeluang jadi ajang cari caddy sebagai selingkuhan, dan ujung-ujungnya bisa jadi berpotensi untuk membunuh orang lain.
Ah…..kalau begini caranya para ulama kita berpikir, saya khawatir – tanpa bermaksud menyangkut SARA – agama yang saya cintai ini akan selalu terjebak dengan hal-hal semacam ini. Yang tidak fundamental dan tidak akan meningkatkan perjuangan dari Islam sendiri.
Bahkan, kalaupun para pemfatwa mau berpikir lebih logis, kenapa mereka tidak mencoba mengembangkan facebook untuk berdakwah ? Mengapa juga tidak menjadikan situs jejaring ini untuk membentuk forum kajian atau ha-hal positif lain ? wallahu alam bishowab.

Kamis, 21 Mei 2009

Train..KRL...Depok Ekspress ..then...???

Banyak orang yang mungkin merasa bosan dengan rutinitas yang harus dihadapi setiap hari. Apalagi bagi orang urban yang tinggal di luar Jakarta. Rutinitas pagi saat hendak berangkat ke kantor adalah salah satunya. Tapi bagi saya tidak demikian, di tengah rutinitas 3 bulan terakhir itu saya selalu mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang selalu menarik untuk dapat diambil hikmahnya. Karena itu sayang jika momen rutinitas yang mengandung banyak surprise ini tak coba saya torehkan dalam catatan blog.
Rutinitas selalu berawal dengan wake up alarm yang berbunyi kencang pukul 4.30, say apun langsung bangun, mandi, sholat, trus panasin motor bentar, matiin lampu rumah, lalu langsung ngacir ke Stasiun Depok Lama.
Wajah penjaga penitipan sepeda motor langganan pun siap menyapa dengan senyumnya. Setelah itu saya berjalan menuju antrian di loket, beli karcis Depok Ekspress jam 6.28 tujuan Kota. Biasanya, tak lama setelah saya beli tiket, bunyi tut...tut...tut...mulai terdengar dari arah selatan Stasiun Depok Lama. Kereta Depok Ekspress yang saya tunggu pun berhenti. Seperti biasa, saya langsung masuk ke gerbong 3 atau 4.
Biasanya lagi, orang-orang dengan wajah-wajah yang sudah saya hapal langsung menduduki bangku yang sudah mereka booking lewat Kartu Abonemen. Saya pun hanya bisa berdiri di dekat pintu, setelah sebelumnya menaruh tas bawaan di atas cabin KRL. Pedagang asongan siap-siap menjajakan korannya. Saya pun langsung membeli 1 koran, tidak selalu tetap koran yang saya beli, tergantung mood dan headline yang ditawarkan. Kalau ada headline yang kelihatannya lebih menarik, saya tak segan-segan beralih koran.
Sepanjang perjalanan, KRL Depok Ekspress selalu berhenti di beberapa stasiun. Pertama Depok baru, trus Manggarai , Gondangdia, dan akhrinya sampailah saya di stasiun tujuan di Gambir.
Ratusan orang langsung berjejal menuruni KRL dan berebut turun di tangga Stasiun. Tak jauh berbeda saat saya melihat tayangan TV atau video youtube saat ratusan penumpang berdesak-desakan di stasiun di negeri impian saya, Jepang.
Saya lalu berjalan ke luar stasiun, dan siap-siap menolak tawaran puluhan tukang ojek yang kadang setengah memaksa agar ada penumpang yang mau menggunakan jasanya. Beruntung, kantor terletak persis di seberang Gambir. Jadi, cukup berjalan kakilah saya.
Setelah melewati jembatan penyeberangan, tak berapa lama kemudian saya sampai di halaman kantor. Dan...rutinitas lain pun siap saya mulai hari ini.
Bagaimana persisnya kejutan-kejutan dan pengalaman-pengalaman menarik selama melakukan perjalanan dengan KRL ? I hope i could write it as soon as possible to fill this blog...

Senin, 11 Mei 2009

Indosat M2 (Indosat Memang Memble…) tapi nggak Kece

Persaingan dunia bisnis provider internet di Indonesia kelihatannya semakin marak. Jumlah konsumen yang besar tentu sangat menggiurkan bagi para pemilik capital di dunia provider. Salah satu yang gencar adalah Indosat yang meluncurkan berbagai tawaran menarik soal layanan akses mobile internet. Kebetulan, Desember 2008 saya mulai berlangganan dengan memakai layanan IM2 paket Eco Unlimited. Dua bulan pertama, koneksi ok-ok aja.
Tapi …..per Februari 2009, masalah mulai muncul. Seiring iklan dan promosi yang gencar dilakukan Indosat untuk mengeruk uang dari pelanggan IM2, kapasitas band-with IM2 mulai over kapasitas. IM2 tentu saja, sebagai pemilik modal besar dengan seenaknya tetap menagih tagihan kepada para konsumen. Termasuk saya tentunya. Alhasil, kita para pelanggan hanya gigit jari karena gak pernah berhasil koneksi, tapi harus tetap membayar tagihan.
Akhirnya, setelah 2 bulan sabar menunggu, berkhusnuzan bahwa jaringan akan ok lagi, kesabaran saya sebagai seorang manusia biasa habis. Pagi-pagi sesampainya di kantor, to do list yang harus saya lakukan pertama adalah call 300 1500 yang tak lain adalah nomor customer service IM2.
Nada tunggu telepon berbunyi beberapa kali, sebelum akhirnya seorang petugas CS IM2 mengangkatnya dengan salam khas yang sudah menjadi SOP mereka. Saya pun langsung mengutarakan keinginan untuk berhenti langganan. “Mohon maaf Bapak, kalau boleh tahu kenapa alasan mau berhenti ?” tanya si petugas CS.
Dengan nada ketus saya menjawab. “Gimana nggak berhenti, tiap bulan ditagih, tapi layanan gak pernah bisa dipakai!”
Si petugas bertanya lagi “Mohon maaf Pak, kalau networknya agak lambat,” katanya. Tapi belum sempat dia ambil napas, saya langsung jawab ulang. “Boro-boro lambat, mau koneksi aja nggak pernah bisa,” tukasku. Ehhh….nggak mau kalah, si petugas CS jawab lagi “Mungkin lokasinya Pak, yang memang belum…” belum sempat dia selesai ngomong langsung aku timpali lagi. “Heh Mas…saya itu pakai di Dago Bandung gak bisa, di Sarinah Thamrin gak bisa, di Margonda Depok nggak bisa, di Denpasar di Hradrock Hotel nggak bisa…udahlah..saya mau berhenti langganan, gimana caranya gak usah sok promosi lagi,” kataku.
“Mohon maaf Pak, kalau begitu Bapak bisa datang ke galeri indosat,” jawabnya. “Ada cara lain nggak, saya nggak ada waktu ke tempatnya indosat. Udah nagih seenaknya, layanan gak mutu, kita mau berhenti masih disuruh repot juga,” jawabku. Akhirnya si petugas CS memberikan alamat fax untuk pengiriman formulir berhenti berlangganan, termasuk e-mail. Dalam hati, saya berujar, kasihan juga si petugas CS yang jadi korban amukan pelanggan gara-gara manajemen perusahaan yang nggak becus. Anyway…itulah resiko sebuah pekerjaan.
Keesokan harinya, saya langsung melunasi tagihan 2 bulan yang sebenarnya sudah nggak pernah dipakai – (karena emang gak bisa koneksi). Setelah semua berkas yang diminta selesai, berkas langsung dikirm by-fax. Masih belum puas, via e-mail kembali saya tegaskan bahwa saya berhenti berlangganan per Juni.
Akhirnya….aku bisa bernapas lega. Sebelum ada niat untuk mengecek apakah berkas yang dikirim tadi sudah diterima oleh petugas CS mereka. Nomor 3000 1500 kembali kupencet. Kali ini, suara petugas CS cewek menerima teleponku. Setelah dicek, seluruh berkas sudah diterima oleh mereka. Saya pun menegaskan, agar nanti bulan Juni jangan sampai saya masih ditagih lagi.
Eh…ternyata oh ternyata, si petugas menjawab. Tapi untuk bulan Juni nanti masih ada tagihan 1 bulan lagi Pak, karena itu prosedurnya. Tanpa mau ba..bi..bu…saya langsung menutup telepon. Malas mendengarkan penjelasan petugas CS – yang saya tahu memang nggak memiliki wewenang untuk apapun. Alhasil, sebagai konsumen yang sudah dirugikan selama 3 bulan terakhir, saya masih harus dibebani tagihan untuk Bulan Mei 2009 nanti yang sebenarnya sampai detik ini pun tidak pernah bisa digunakan.
Ternyata…secemen inilah layanan Indosat yang katanya berkelas.. Jadi mikir-mikir, terus inget lagi Memble tapi Kece-nya grup band baru yang lagi naik daun. Eh…IM2 bisa jadi kepanjangan Indosat Memang Memble nih…tapi tetep aja nggak kece….