Jumat, 24 Oktober 2008

Trilogi Religi Bareng Uji Nyali di Kota Semarang


Jika berbicara Semarang, maka yang pasti akan terbersit di benak kita adalah lumpia dan bandeng prestonya. Ya, meski masih ada makanan khas lain yang cukup terkenal, Lumpia dan Bandeng Presto lah yang menjadi andalan dari ibukota Provinsi Jawa Tengah ini. Selain dikenal dengan lumpia dan bandeng, Semarang juga terkenal akan wisata trilogi religinya. Di kota ini, kita dapat sekaligus menelusuri jejak peninggalan tiga agama yang sangat terkenal.
Begitu kita menyusuri pesisir utara Semarang, Gereja Blenduk, berdiri persis di tengah-tengah kompleks kota tua. Tepatnya di Jl. Letjen Suprapto No. 32, Semarang. Kota tua merupakan kota lama yang sempat menjadi pusat kota di zaman penjajahan Belanda. Kini, Kota Tua terus berbenah sedemikian rupa dan tampil sangat cantik. Dengan jalan-jalan yang terbuat dari paving, sepintas kita akan merasakan suasana kota-kota eropa yang banyak sekali memiliki pedestrian serupa saat kita sedang menginjakkan kaki di Kota Tua ini.
Gereja Blenduk konon merupakan gereja Kristen tertua di Jawa Tengah. Meski sudah berdiri sejak 1753, arsitektur gereja yang terkenal dengan atapnya yang mblendhuk (julukan masyarakat lokal yang berarti kubah) masih apik terawat. Kubah besar tersebut dilapisi perunggu dan di dalamnya terdapat sebuah orgel dari zaman Barok. Sampai kini, gereja ini juga masih aktif melayani jamaah setiap hari Minggu.
Bergeser ke arah selatan kota Semarang, kita akan menjumpai situs keagamaan lain yang tak kalah menariknya dengan Gereja Blenduk. Kali ini, sebuah situs berasitektur Tiongkok berdiri megah di Kawasan Simongan, barat daya Semarang. Ialah Kelenteng Sam Po Kong yang pada awalnya merupakan tempat persinggahan dan pendaratan Laksamana Cheng Ho seorang muslim Tiongkok.
Entah bagaimana ceritnya, tempat ini kemudian dianggap sebagai kelenteng dan dijadikan tempat sembahyang orang Indonesia keturunan Tionghoa. Di dalamnya terdapat berbagai macam patung-patung yang menggambarkan kejayaan Cheng Ho di masa itu. Kelenteng ini juga dikenal dengan sebutan Gedung Batu karena bentuknya yang berupa gua batu besar.
Sementara itu, salah satu bangunan religi yang relatif baru dan tak boleh luput dikunjungi ketika kita ke Semarang adalah Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Bangunan yang berada di Jl. Gajah Raya Semarang ini, diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 November 2006.
Pusat kegiatan ibadah, pendidikan, pelayananan masyarakat hingga syiar Islam ini memiliki daya tarik karena luas dan arsitektur khasnya yang memadukan unsure budaya Jawa dan TImur Tengah. Bahkan, tak sedikit yang menganggap masjid ini mirip dengan masjid Nabawi di Madinah yang dikenal dengan payung-payung raksasanya. Sewaktu-waktu, enam payung yang ada di pelataran (plaza) masjid dapat dibuka tutup secara otomatis dan berubah menjadi atap.
Masjid yang mampu menampung 15.000 jamaah ini secara keseluruhan terdiri dari bangunan masjid, plaza masjid, aula pertemuan, graha agung hotel, kompleks perkantoran, perpustakaan, dan menara Asmaul Husna.
Menara Asmaul Husna boleh dibilang salah satu bagian bangunan yang memiliki daya tarik tersendiri. Menara setinggi 99 meter (melambangkan 99 nama-nama baik Allah) ini didesain khusus menyerupai menara Kudus yang tersohor. Jika kita menyempatkan naik ke menara ini, maka kita dapat menyaksikan indahnya pemandangan Semarang dari atas menara.
Jika sudah puas mengunjungi ketiga situs religi tersebut, tak ada salahnya jika kita mencoba menguji nyali dan mendongkrak adrenalin kita dengan memasuki Gedung Lawang Sewu. Bangunan lama ini dipercaya sebagai bangunan angker. Mitos pun banyak berkembang terkait keberadaan bangunan yang berada persis di seberang Tugu Pemuda Semarang ini.
Tak heran, gedung yang dulunya merupakan kantor kereta api di zaman Belanda ini, justru semakin ramai dikunjungi setelah malam hari tiba. Katanya, pengunjung sengaja memilih malam hari agar mendapat suasana lebih seram. “Lagipula, kalau kita beruntung, siapa tahu sewaktu mengambil foto ada penampakan yang muncul,” seloroh pemandu yang mendampingi perjalanan saya waktu itu. Hiiiiiiiiii………..

Tidak ada komentar: